Rabu, 27 Juli 2022
Sosialisasi Hasil Pelatihan Perencanaan, Penatausahaan dan Pelaporan Sekolah di TK AR-ROJA
TK AR-ROJA Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut sebagai peserta Program Sekolah Penggerak, telah mengikuti kegiatan Pelatihan Perencanaan, Penatausahaan dan Pelaporan Sekolah menggunakan Platform Rapor Pendidikan dan SDS-ARKAS yang diselenggarakan oleh Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Jawa Barat.
Salah satu Rencana Tindak Lanjut dari pelatihan tersebut adalah Sosialisasi hasil pelatihan di internal sekolah. Sesuai rencana kegiatan sosialisasi ini diagendakan pada tanggal 26-29 Juli 2022, bertempat di TK AR-ROJA. Adapun waktu pelaksanaanya pukul 13.00 s.d 15.00 WIB.
Dalam arahannya pada acara Pembukaan (Selasa, 26 Juli 2022) Ketua Yayasan Indonesia Madani, Ayi Badrujaman, menyampaikan pesan agar semua peserta dapat mengikuti seluruh rangkaian pelatihan dan dijadikan dasar atau bekal dalam rangka menjalankan roda Pendidikan di Lembaga TK AR-ROJA.
Pemateri pada kegiatan ini adalah Kepala Sekolah TK AR-ROJA, Aini Mardiyah dan Bendahara Sekolah, Nunung Nurhainun.
Kegiatan ini diikuti oleh Raisatul Hafsah sebagai guru Kelas, Ai Nur Ainun sebagai guru Pendamping, dan Rahmi Halimah sebagai Operator Sekolah.
TK AR-ROJA pun siap untuk melaksanakan sosialisasi hasil Pelatihan Perencanaan, Penatausahaan dan Pelaporan Sekolah menggunakan Platform Rapor Pendidikan dan SDS-ARKAS pada Lembaga lain jika diperlukan sebagai pengimbasan.
Suasana hari kedua (27/7/2022)
Kamis, 21 Juli 2022
Pelatihan Perencanaan, Penatausahaan dan Pelaporan Sekolah Kabupaten Garut
Garut (21/7/2022) Dalam rangka implementasi Program Sekolah Penggerak Angkatan ke-1 dan 2 Tahun 2022, Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Jawa Barat, melaksanakan kegiatan Pelatihan Perencanaan, Penatausahaan dan Pelaporan Sekolah menggunakan Platform Rapor Pendidikan dan SDS-ARKAS.
Untuk Kabupaten Garut kegiatan Pelatihan ini dijadwalkan pada tanggal 21 sampai dengan 23 Juli 2022.
Dalam laporannya Yanti Triana, sebagai Penanggung Jawab Kegiatan, menyampaikan bahwa di Kabupaten Garut pelatihan bertempat di lima titik, yaitu SMPN 1 Garut, SMPN 2 Garut, SMPN 6 Garut, SMPN 1 Tarogong Kaler, dan SMPN 4 Tarogong Kidul. Titik SMPN 1 Garut terdapat tiga Kelas, yaitu K1, K2, dan K3.
Kegiatan ini diikuti oleh Kepala Sekolah dan Bendahara atau Operator Sekolah.
Lebih lanjut, disampaikan setelah kegiatan ini peserta diharapkan mampu, (1) Memahami konsep Perencanaan Berbasis Data menggunakan platform rapor Pendidikan, (2) Memahami pengelolaan dana BOS/BOP Kinerja, (3) Menyusun rencana kerja dan anggaran sekolah berbasis data profil sekolah, (4) Melakukan penata usahaan dan pelaporan menggunakan platform SDS-ARKAS, (5) Melakukan aktivasi dan pemanfaatan akun pembelajaran, dan (6) Menyusun RTL.
Kegiatan Pelatihan Perencanaan, Penatausahaan dan Pelaporan Sekolah menggunakan Platform Rapor Pendidikan dan SDS-ARKAS di SMPN 1 Garut dibuka oleh Kepala Bidang PAUD, H. Muhammad Yusuf. Dalam pengarahannya menyampaikan bahwa kegiatan ini dalam rangka meningkatkan mutu dan kualitas Pendidikan.
Diharapkan setelah mengikuti kegiatan ini, apa yang didapat peserta disebarkan di tempat lain seperti melalui kegiatan PKG (Pusat Kegiatan Gugus). “Ada dua ribu lima ratus Lembaga PAUD di Kabupaten Garut, Sekolah Penggerak dapat menyampaikan kembali melalui pengimbasan.” tuturnya.
Acara pembukaan diakhiri dengan sesi foto bersama.
Jumat, 15 Juli 2022
Sosialisasi dan Pendampingan Penyusunan RKAS PAUD
Selasa, 12 Juli 2022, Pusat Kegiatan Gugus (PKG) PAUD Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut, menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi dan Pendampingan Penyusunan RKAS Tahun Anggaran 2022. Diikuti oleh Kepala Sekolah dan Operator seluruh Lembaga PAUD (Kober, TK, dan SPS) di Karangpawitan. Bertempat di Aula Desa Sindanggalih, dengan narasumber dari Dinas Pendidikan Kabupaten Garut.
Acara dibuka oleh Ketua Korwil Bidang Pendidikan Kecamatan Karangpawitan, Bapak H. Engkur.
Tertarik dengan paparan Ibu Awat, Kasi PAUD Kabupaten Garut, diantaranya beliau membahas laporan penggunaan Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) PAUD melalui aplikasi BOP Salur, tidak usah membuat dokumen laporan yang tebal seperti sebelumnya.
Laporan pertanggungjawaban BOP PAUD sebelumnya dibuat secara manual. Semakin banyak jenis penyaluran anggaran maka akan semakin tebal dokumen, tentu saja karena bukti fisik berupa surat, foto, nota dan kwitansi belanja akan semakin banyak. LPJ yang dibundel tersebut dibuat rangkap tiga. Satu untuk Korwil, dua untuk Dinas Kabupaten, dan satu untuk disimpan di satuan pendidikan.
Sesuai dengan surat dari Kemendikbudristek perihal pelaporan penggunaan BOP pada aplikasi BOP salur, bahwa Kepala Sekolah Satuan Pendidikan penerima BOP PAUD harus menyampaikan laporan realisasi penggunaan Dana BOP PAUD pada Aplikasi yang disediakan oleh Kementrian.
Kebijakan laporan realisasi penggunaan dana melalui aplikasi diakui lebih praktis. Namun tentu saja perlu kedisiplinan dalam hal pendokumentasian penggunaan anggaran. Istilah Sundanya, tong kajongjonan, maksudnya Kepala Sekolah sebagai penanggung jawab harus ingat untuk tetap tertib administrasi.
Berbeda ketika laporan offline, sekolah dituntut untuk dapat melampirkan dokumen penggunaan anggaran dengan lengkap termasuk kwitansi pembayaran. Otomatis dokumen bukti-bukti penyerta terkondisikan ada.
Meskipun pelaporan dilakukan secara on line, Sekolah harus terbiasa untuk selalu meminta serta menyimpan nota dan atau kuitansi pembelian.
Simpan nota dan kuitansi dengan baik. Di akhir periode, misal tahap 1 di akhir bulan Juni bisa dikualifikasikan berdasarkan komponen, lalu dibundel.
Fotokan barang yang dibeli, kegiatan yang dilaksanakan, serta kegiatan perbaikan/perawatan sarana prasarana (sebelum, saat proses, dan setelah pengerjaan).
Simpan file foto dalam Google drive, untuk menghindari hilangnya data.
Sewaktu-waktu diminta atau ada audit, sekolah sudah siap.
Mengutip pesan Pak Maryana dari Direktorat Jenderal PAUD, "Dokumentasikan dengan baik! Karena daya ingat terbatas."
Segala kegiatan didokumentasikan untuk koreksi dan evaluasi. Digunakan untuk bahan refleksi.
Keterangan Foto dari kiri ke kanan: Pengawas TK Karangpawitan, Kasi PAUD Kabupaten Garut, Korwil Bidang Pendidikan Kecamatan Karangpawitan, Penilik PAUD Karangpawitan.
Rabu, 13 Juli 2022
PEJUANG SINYAL DI ERA DIGITAL
Kemajuan TIK di dunia pendidikan memiliki dampak positif dan berpeluang besar dapat mengoptimalkan peningkatan mutu pendidikan.
Akselerasi digital di dunia pendidikan dilakukan dengan menerapkan Program Digitalisasi Sekolah.
Ditengah program digitalisasi sekolah, faktanya masih ada sekolah yang belum dapat mengakses internet. Salah satunya KB Al-Rijki, Desa Purwajaya, Kecamatan Peundeuy, Kabupaten Garut.
Pada 10 Juli 2022, Eni Nur Aeni, Kepala KB Baiturahman Peundeuy, sebagai salah satu PSP Angkatan 1, kedatangan Kepala Sekolah KB Al-Rijki, Irfan Juhendi yang mengaku ketinggalan informasi terkait BOP Salur. Hal ini akibat tidak tersedianya jaringan internet di Desa Purwajaya.
Selama ini KB Al-Rijki dapat mengakses internet dari SMPN Satu Atap 1 Peundeuy. Irfan menyampaikan, karena sedang musim libur sekolah, ia tidak dapat mengakses internet dan sengaja datang ke KB Baiturrahman untuk ikut mengakses internet dan dipandu mengerjakan BOP Salur.
Sejak sore hari hingga pukul Sembilan malam, Eni beserta suami menemani KB Al-Rijki sampai selesai mengerjakan BOP Salur.
Salut bagi para pejuang sinyal, semoga mendapat solusi terbaik dari pihak terkait.
Foto: Kepala KB Baiturrahman sedang mendampingi Kepala KB Al-Rijki Peundeuy Garut.
Selasa, 12 Juli 2022
KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN SAAT ANAK MEMASUKI JENJANG SD/MI
TK AR-ROJA Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut, Jawa Barat, telah menyelenggarakan Diskusi terpumpun bersama guru kelas 1 Sekolah Dasar, pada hari Rabu, 6 Juli 2022.
TK AR-ROJA mengundang guru kelas 1 di SDN Tanjungsari dan MI AR-ROJA. Dua Lembaga ini jenjang Sekolah Dasar yang secara geografis terdekat dengan TK AR-ROJA.
Kegiatan diskusi ini bertema, Kompetensi yang diharapkan saat anak memasuki jenjang SD/MI.
Tema ini dipilih sebagai bahan pertimbangan bagi TK AR-ROJA dalam menyusun program pembelajaran di Tahun 2022/2023.
Sebelum memulai diskusi, disampaikan materi pengantar oleh Raisatul Hafsah, guru kelas TK AR-ROJA yang memaparkan capaian pembelajaran pada fase pondasi.
Diskusi yang dipandu oleh Aini Mardiyah, sebagai Kepala TK AR-ROJA, diawali dengan pertanyaan pemantik untuk para guru Kelas 1 SD dan MI, “Lebih baik mana peserta didik yang dari PAUD atau dari rumah langsung?"
Mendapat jawaban bahwa, tidak selalu dilihat dari latar belakang lulusan PAUD atau tidak. Tergantung pembekalan fondasi yang dibawa baik dari lembaga PAUD atau rumah.
Lalu kompetensi apa yang diharapkan dimiliki oleh anak saat memasuki SD/MI agar di jenjang PAUD dapat memberi pelayanan yang tepat pada peserta didik sebagai bekal?
Kompetensi yang diharapkan adalah; Pertama, Literasi. Kedua, Mengenal simbol huruf dan angka. Ketiga, Pembiasaan baik, seperti kemandirian, dan membuang sampah pada tempatnya.
Dari diskusi ini, kami TK AR-ROJA mendapat gambaran bahwa di kelas satu anak dituntut untuk dapat memahami materi pelajaran, sehingga perlu bekal yang cukup bagi anak untuk memasuki jenjang SD/MI. Sedangkan TK AR-ROJA selama ini dalam hal literasi dan numerasi, tidak fokus pada calistung. Hanya pengenalan dan kegiatan belajar bermain pra-membaca.
Selama ini TK AR-ROJA lebih mengedepankan Pendidikan karakter, dengan pertimbangan pada usia TK (4-6 tahun) adalah masa yang tepat untuk menanamkan pembiasaan baik. Belajar bersosialisasi, berbagi, menghargai teman, bertanggung jawab, mandiri, bersikap santun, di saat anak mulai memiliki teman dan lingkungan baru di sekolah. Dan karakter baik ini diakui sangat membantu guru kelas satu di jenjang sekolah dasar dalam mendidik.
Diskusi ini dilanjutkan dengan Rencana Tindak Lanjut, sebagai berikut:
Pertama, TK AR-ROJA akan lebih meningkatkan kompetensi Calistung dengan metode yang sesuai dengan tumbuh kembang anak.
Kedua, Estafeta pembiasaan baik di jenjang selanjutnya, agar karakter baik yang sudah ditanamkan di jenjang PAUD dapat terus tumbuh dan melekat pada anak.
Ke depan akan diagendakan kembali Diskusi terpumpun dengan guru kelas awal (Kelas 1 dan 2) SD/MI dengan melibatkan lebih banyak lagi SD dan MI dimana alumni TK AR-ROJA melanjutkan pendidikan, yaitu MI AT-Tarbiyah, MI Al-Khoeriyah, MI Ar-ROJA dan SDN Tanjungsari.
Sabtu, 02 Juli 2022
RAMAH ANAK
(repost)
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di Taman Kanak-kanak tinggal beberapa bulan lagi. Bulan Juli anak-anak TK Kelompok B sudah memasuki jenjang SD/MI.
Tuntutan orangtua agar anaknya bisa membaca, menulis dan berhitung, semakin besar. Sebagian orangtua mulai memahami dan mengikuti program pembelajaran di TK yang disesuaikan dengan minat dan perkembangan anak. Tapi ada juga yang keukeuh mengkondisikan anaknya “mampu calistung”, sementara anaknya kurang berminat. Akibatnya anak merasa tertekan. Padahal dalam kondisi tertekan, anak akan kehilangan minat belajar. Anak bisa saja menjadi stress, marah dan menghindari pelajaran.
Ketika arus tuntutan “anak mampu calistung” dari orang tua semakin kuat, hanya merusak tatanan yang sedang dibangun guru di sekolah untuk kebaikan putra-putrinya.
Mestinya orangtua bisa bersama-sama dengan guru, untuk memahami kondisi anak. Perkembangan kemampuan anak berbeda-beda. Guru di sekolah berusaha mengikuti itu. Dicari metode yang sesuai, yang membuat anak tertarik untuk belajar. Sehingga anak belajar tanpa merasa dia sedang belajar.
Dengan pendekatan bermain, dalam jadwal yang fleksibel, tidak terikat durasi waktu dan target yang ketat, anak-anak bisa mempelajari apapun, termasuk belajar membaca dan pelajaran yang berbasis logika. Sehingga kegiatan belajar membaca menjadi kegiatan yang menggembirakan dalam keseharian anak dan bukan paksaan.
Dalam hal ini, orang tua harus lebih sabar mengikuti proses. Tidak tergesa-gesa ingin melihat hasilnya. Orang tua harus ramah anak dalam mendidik. Tidak menuntut lebih pada anak-anaknya. Dan yang terpenting, orang tua harus selalu memperhatihan hak-hak anak.
BELAJAR MEMBACA BAGI ANAK USIA DINI
Persoalan membaca dan menulis merupakan fenomena tersendiri khususnya di Indonesia. Awalnya memang pelajaran baca tulis mulai diajarkan pada tingkat pendidikan SD. Pada perkembangan terakhir, hal itu menimbulkan sedikit masalah, karena ternyata pelajaran di kelas satu sekolah dasar sulit diikuti jika asumsinya anak-anak lulusan Taman Kanak-kanak belum mendapat pelajaran membaca dan menulis. Sehingga banyak institusi pendidikan SD mentargetkan kemampuan calistung sebagai pra syarat masuk SD, bahkan SD hanya mau menerima anak-anak yang sudah bisa membaca, menulis dan berhitung.
Karena tuntutan itulah, akhirnya banyak TK yang secara mandiri mengupayakan pelajaran membaca bagi murid-muridnya. Berbagai metode mengajar dipraktikkan, dengan harapan bisa membantu anak-anak untuk menguasai keterampilan membaca dan menulis sebelum masuk sekolah dasar.
Berdasarkan teori Piaget, usia 2-7 tahun anak-anak baru memasuki masa praoperasional. Pada rentang usia ini anak baru mengembangkan keterampilan berbahasa dan menggambar, namun belum dapat berfikir abstrak atau logika. Cara belajar membaca dengan metode yang sangat formal, seperti kewajiban menghafal nama huruf, lalu mengeja gabungan huruf, akan menguras konsentrasi tinggi sehingga tidak sesuai untuk anak usia dini.
Beberapa pihak berpendapat pengajaran membaca yang dilakukan terlalu dini akan menyebabkan efek buruk pada anak-anak, yaitu terampasnya masa bermain.
Bermain adalah kegiatan yang terjadi secara alamiah pada anak-anak, bermain berguna untuk membantu anak-anak memahami dan mengungkapkan dunianya baik dalam taraf berfikir maupun perasaan. Bermain memberi anak perasaan menguasai (master) atau mampu mengendalikan hal-hal yang ada dalam dunianya. Bermain mencakup penggunaan simbol, tindakan atau obyek yang mempunyai arti untuk diri mereka sendiri. Karena bermain tidak terkait pada realitas, maka dimungkinkan bagi anak untuk mengubah-ubah menatanya, dimana hal ini juga penting dalam perkembangan pemahaman mereka, sama halnya dengan perkembangan kreativitas.
Namun, berdasarkan temuan pengalaman beberapa ahli pembelajaran dewasa ini, sesungguhnya bukan patokan usia yang paling besar menentukan boleh atau tidaknya anak belajar membaca, melainkan bagaimana caranya mengajarkan keterampilan membaca tanpa membuat anak-anak menjadi stres dan kehilangan kesenangan bermainnya.
Karena itu, penting untuk menciptakan suasana belajar membaca menjadi saat yang menyenangkan bagi anak-anak, sama seperti ketika mereka bermain bola atau bermain boneka. Seperti pendapat Gordon Dryden, belajar membaca seharusnya menjadi proses yang menyenangkan dan alami.
Mengajarkan keterampilan membaca bisa dengan berdifusi dalam keseharian anak-anak, tanpa membuat mereka kehilangan masa bermainnya.
Metode yang sesuai untuk anak usia dini akan membuat anak tertarik untuk belajar membaca dengan tawa riang dan mengijinkan anak untuk bergerak. Karena proses belajar yang kaku akan terasa berat bagi anak. Seperti pendapat Glenn Doman, anak-anak kecil ingin sekali belajar sampai mereka tidak dapat membedakan antara belajar dan bermain.
Dengan pendekatan bermain, dalam jadwal yang fleksibel, tidak terikat durasi waktu dan target yang ketat, anak-anak bisa mempelajari apapun, termasuk belajar membaca dan pelajaran yang berbasis logika. Sehingga kegiatan belajar membaca menjadi kegiatan yang menggembirakan dalam keseharian anak dan bukan paksaan.
Persepsi tentang belajar akan sangat berpengaruh pada cara menemani dan mengarahkan anak-anak belajar. Jika memahami kegiatan belajar sebagai kegiatan terstruktur, harus duduk manis dan diam, maka anak usia dini tidak akan menyukainya.
Belajar yang efektif untuk mencapai tujuan belajar anak usia dini adalah dengan pendekatan bermain dan bergembira. Sebagai orangtua atau pendidik, pandai-pandailah menarik minat belajar anak. Montessori meyakinkan bahwa lingkungan harus kaya motif sehingga mampu merangsang minat untuk beraktivitas dan memancing anak-anak untuk menjalani pengalamannya sendiri.
Dalam memperkenalkan nama-nama dan bunyi huruf alphabet pada anak-anak, jika menggunakan cara yang biasayaitu hanya dengan menunjukkan huruf yang tertera di buku lalu membacakannya dengan cara yang kaku, makaanak tidak akan berminat. Tetapi bila memperkenalkan nama-nama dan bunyi huruf alphabet dengan menggunakan poster huruf berwarna atau kartu huruf, lalu kenalkan huruf dengan lagu, tampilkan ekspresi wajah yang riang di hadapan anak-anak, tentu akan menarik minat mereka.
Jika anak sudah berminat,akan terlihat respon dari anak-anak, maka orangtua atau pendidik tinggal konsisten untuk mengulanginya pada hari yang lain dengan durasi waktu sesuai dengan daya tahan anak. Jangan sampai memaksakan belajar pada anak yang tampak tidak berminat. Karena semakin dipaksakan, maka anak akan semakin menjauh dan mogok belajar.
Mengajarkan membaca pada anak, perlu menjaga kondisi emosi, karena anak-anak sangat peka. Jika kita mengajak belajar pada anak pada saat suasana hati sedang tidak nyaman, dengan cepat mereka akan mampu mendeteksi hal tersebut. Karena nada suara dan raut wajah jarang bisa dimanipulasi. Dampak ketika anak mendeteksi suasana tidak nyaman, mereka akan menolak belajar bersama. Seperti pendapat Gordon Dryden, emosi adalah gerbang ke arah belajar. Karena itu, penting menghadirkan emosi positif dalam kegiatan belajar.
Metode sederhana yang diciptakan sendiri dan disajikan dengan setulus hati pada anak-anak, jauh lebih berpengaruh pada mereka dibandingkan dengan setumpuk alat belajar yang mahal yang dipaksakan pada anak tanpa menghadirkan “hati” bersama mereka.
Anak usia dini belajar tidak terstruktur. Jika pembelajaran di sekolah dibuat tersusun rapi, mengikuti kurikulum dan silabus yang berurutan, maka fakta sebaliknya terjadi pada anak usia dini. Mereka bisa belajar pada saat-saat yang tidak terduga. Mungkin pada saat bermain pasir atau menyusun puzzle di sekolah, atau pada saat bersantai bersama orangtua di rumah. Kepekaan orangtua dan pendidik perlu ditingkatkan untuk memanfaatkan antusias anak dalam belajar kapan saja dan di mana saja.
Metode belajar membaca sangat bervariasi dengan kelebihan dan kekurangannya. Metode dasar belajar membaca bisa dikelompokkan menjadi tiga, yaitu metode kata, suku kata dan mengeja. Kita dapat memilih atau menggunakan ketiga metode ini sekaligus dengan pendekatan yang lebih personal sesuai karakteristik anak.
Dalam belajar membaca bisa menggunakan berbagai sarana untuk belajar, baik buku, worksheet, poster, kaset dan sebagainya. Terlebih bagi anak-anak yang cenderung cepat bosan belajar dengan satu cara, maka belajar dengan multimetode akan sangat membantu orangtua atau pendidik untuk memancing kembali minat belajar anak. Dengan metode gabungan, proses belajar bisa menjadi lebih cepat. Karena kedua sisi otak, otak kiri (logis dan rasional) dan otak kanan (kreatif) akan tersentuh.
Variasi semua metode akan membuat kegiatan belajar menjadi lebih dinamis dan kegiatan belajar membaca menjadi kegiatan yang mengasyikkan.
(Tulisan April 2015, pernah dimuat di Majalah Pendidikan Kandaga)
Ilustrasi: Gibran (keponakan) saat umur 3 tahun, asyik membaca buku bantal
Langganan:
Postingan (Atom)