Sabtu, 25 Desember 2021

Merintis Taman Kanak-kanak di Desa



Merintis Taman Kanak-kanak di Desa

Oleh: Aini Mardiyah (Kepala TK AR-ROJA Garut)

Namaku Aini. Aku menjadi guru TK sejak lulus SMA tahun 1994, di Bandung. Tahun 2003 ditakdirkan berjodoh dan menikah dengan Anang Saripudin, pria asal Garut. Setelah menikah, aku tetap menjadi guru di TK Nur Kusuma, Kecamatan Cibiru, Bandung. Sampai pada bulan Juli 2004, tepatnya dua minggu setelah putra pertamaku lahir, aku pindah ke Garut.

Kami tinggal di sebuah kampung, di Desa Tanjungsari, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut. Di kampung ini tampak banyak anak-anak usia dini, namun belum ada tempat untuk  Pendidikan Anak Usia Dini. Terbersit dalam benakku untuk mendirikan Taman Kanak-kanak.

                Bersama suami yang juga berkecimpung di dunia pendidikan, seorang guru SMP, kami mencoba merintis sebuah Lembaga Pendidikan bagi anak usia dini. Diawali mencari tempat yang dapat digunakan sebagai ruang kelas.

Setelah ditelusuri, ada sebuah rumah dinas guru di dekat SDN Tanjungsari, Karangpawitan yang sudah tidak dipakai. Melihat kondisinya sudah tidak layak akibat lama dibiarkan kosong. Setelah mendapat izin dari pihak SDN Tanjungsari dan UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan Karangpawitan, bangunan itu dikondisikan. Dibersihkan, dicat, digambari, hingga tampak layak untuk sebuah Taman-Kanak-kanak. Di halamannya dibuat papan luncur dari tembok. Lalu membuat ayunan sederhana dari ban bekas, bertiang bambu.

Perabotan di kelas dilengkapi. Membuat meja pendek untuk anak-anak. Meja kayu untuk guru. Membeli kursi plastik untuk anak dan guru. Sangat sederhana. Satu lagi, membuat sebuah boks bayi dari kayu. Mengapa? Karena aku akan membawa bayiku ke sekolah.

Agustus 2004, dari rumah ditemani adik iparku yang baru saja  lulus SMA, aku menggendong bayi menuju TK baru. TK AR-ROJA yang berarti harapan. Nama yang diambil dari nama Mesjid di Kampung ini.

Sesampainya di sekolah, Sulthan, putraku, ditaruh dalam boks bayi di kantor.  Anak-anak dibariskan di depan kelas. Aku memimpin dengan lincah layaknya seorang guru TK. Bergerak mengikuti lagu, “Angkat kaki silih berganti. Goyang-goyang kanan dan kiri. Bungkukkan badan, jongkok berdiri. Angkat kaki silih berganti …”

Sampai lupa kalau aku ibu yang belum genap satu bulan melahirkan. Saat itu aku sempat meriang, panas dingin. Menurut dokter kandungan, ada luka di dalam rahim. Alhamdulillah tidak parah, masih bisa dibawa kegiatan belajar mengajar.

Akhir tahun ajaran angkatan pertama, ditutup dengan Pentas Seni. Membuat panggung bersama dengan SDN Tanjungsari.

Mei 2006, SDN Tanjungsari perlu kelas tambahan. Bangunan yang dipakai TK akan dijadikan kantor. Tidak bisa menunggu akhir taun ajaran, karena harus selesai pada bulan Juli. Anak-anak TKAR-ROJA  terpaksa di bawa ke sawah. Belajar di rumah sawah kami di atas kolam. Ini berlangsung hingga pembagian buku rapot. 

Di masa libur akhir tahun ajaran, aku dan suami berpikir keras, bagaimana  mencari tempat pengganti untuk anak-anak TK AR-ROJA belajar di tahun ajaran baru.

Pertolongan Allah pun datang. Alhamdulillah, ada warga yang bermaksud menjual sebuah rumah di pinggir jalan. Tempatnya tidak jauh dari SDN Tanjungsari. Dua tahun TK menempati bangunan ini. Namun sayang, halamannya sempit, tidak leluasa untuk anak-anak bermain. Sempat suami mendatangi pemilik tanah di samping TK, tetapi pemilik tidak berkenan menjualnya.

Akhirnya kami membeli sebidang  tanah agak jauh dari pingir jalan, letaknya sekitar 200 meter ke arah Selatan dari  bangunan lama.

Membangun kelas, kantor, dan WC. Halamannya cukup luas. Malah ada  lapangan, bisa untuk bulu tangkis atau futsal. Alat permainan terpasang di halaman bermain. Ada dua buah papan luncur, terowongan berwarna-warni dari ban bekas bis berukuran besar, serta ayunan dari besi yang beratap seng, dengan dua kursi berhadapan bisa dipakai untuk enam anak.

Waktu itu lokasi TK masih terbuka, belum dipagar atau dibenteng. Saat libur Hari Raya Idul Fitri, kami sekeluarga berlebaran di rumah orang tuaku di Bandung. Lama ditinggal, sekitar dua mingguan, kondisi sekolah sungguh membuat tercengang. Ayunan sudah hilang sebagian. Ada yang bilang dilepas dan dijual ke tukang rongsok. Sejak itu, ayunan terus dimutilasi oleh  pemulung hingga tinggal tiangnya yang tersisa.

Kami harus menabung lagi. Alhamdulillah Allah Maha Pemberi rizki, aku mendapatkan tunjangan fungsional, dikumpulkan, dipakai untuk membenteng sekolah dengan dua akses pintu gerbang.

Tahun 2011 aku lulus sertifikasi dan mendapatkan tunjangan, ini sangat membantu untuk biaya operasional sekolah. Ditambah lagi dengan aktifnya aku di Desa, membuka peluang mendapatkan bantuan alat permainan edukasi (APE) berupa jembatan rawayan  dan  panjatan pelangi. Selanjutnya, TK AR-ROJA pun mendapat Bantuan Operasional dari Pemerintah.

Alhamdulillah, TK AR-ROJA tetap bertahan meski kini sudah ada beberapa Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini di sekitarnya. Ada dua Taman Kanak-kanak lain dan satu Kelompok Bermain (Kober).

TK AR-ROJA dapat berpartisipasi dalam Program Sekolah Penggerak jenjang PAUD di Kabupaten Garut.

Semoga TK AR-ROJA dapat terus memberikan sumbangsih dalam Pendidikan Anak Usia Dini yang berkualitas.