Merintis Taman Kanak-kanak di Desa
Oleh: Aini Mardiyah (Kepala TK AR-ROJA Garut)
Namaku
Aini. Aku menjadi guru TK sejak lulus SMA tahun 1994, di Bandung. Tahun
2003 ditakdirkan berjodoh dan menikah dengan Anang Saripudin, pria asal Garut.
Setelah menikah, aku tetap menjadi guru di TK Nur Kusuma, Kecamatan Cibiru,
Bandung. Sampai pada bulan Juli 2004, tepatnya dua minggu setelah putra
pertamaku lahir, aku pindah ke Garut.
Kami
tinggal di sebuah kampung, di Desa Tanjungsari, Kecamatan Karangpawitan,
Kabupaten Garut. Di kampung ini tampak banyak anak-anak usia dini, namun belum
ada tempat untuk Pendidikan Anak Usia
Dini. Terbersit dalam benakku untuk mendirikan Taman Kanak-kanak.
Bersama suami yang juga
berkecimpung di dunia pendidikan, seorang guru SMP, kami mencoba merintis
sebuah Lembaga Pendidikan bagi anak usia dini. Diawali mencari tempat yang
dapat digunakan sebagai ruang kelas.
Setelah ditelusuri, ada sebuah rumah dinas guru di dekat SDN Tanjungsari, Karangpawitan yang sudah tidak dipakai. Melihat kondisinya sudah tidak layak akibat lama dibiarkan kosong. Setelah mendapat izin dari pihak SDN Tanjungsari dan UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan Karangpawitan, bangunan itu dikondisikan. Dibersihkan, dicat, digambari, hingga tampak layak untuk sebuah Taman-Kanak-kanak. Di halamannya dibuat papan luncur dari tembok. Lalu membuat ayunan sederhana dari ban bekas, bertiang bambu.
Perabotan di kelas dilengkapi. Membuat meja pendek untuk
anak-anak. Meja kayu untuk guru. Membeli kursi plastik untuk anak dan guru. Sangat
sederhana. Satu lagi, membuat sebuah boks bayi dari kayu. Mengapa? Karena aku
akan membawa bayiku ke sekolah.
Agustus 2004, dari rumah ditemani adik iparku yang baru
saja lulus SMA, aku menggendong bayi
menuju TK baru. TK AR-ROJA yang berarti harapan. Nama yang diambil dari nama
Mesjid di Kampung ini.
Sesampainya
di sekolah, Sulthan, putraku, ditaruh dalam boks bayi di kantor. Anak-anak dibariskan di depan kelas. Aku
memimpin dengan lincah layaknya seorang guru TK. Bergerak mengikuti lagu, “Angkat
kaki silih berganti. Goyang-goyang kanan dan kiri. Bungkukkan badan, jongkok
berdiri. Angkat kaki silih berganti …”
Sampai
lupa kalau aku ibu yang belum genap satu bulan melahirkan. Saat itu aku sempat
meriang, panas dingin. Menurut dokter kandungan, ada luka di dalam rahim. Alhamdulillah
tidak parah, masih bisa dibawa kegiatan belajar mengajar.
Akhir tahun ajaran angkatan pertama, ditutup dengan Pentas Seni.
Membuat panggung bersama dengan SDN Tanjungsari.
Mei 2006, SDN Tanjungsari perlu kelas tambahan. Bangunan yang
dipakai TK akan dijadikan kantor. Tidak bisa menunggu akhir taun ajaran, karena
harus selesai pada bulan Juli. Anak-anak TKAR-ROJA terpaksa di bawa ke sawah. Belajar di rumah
sawah kami di atas kolam. Ini berlangsung hingga pembagian buku rapot.
Di masa libur akhir tahun ajaran, aku dan suami berpikir keras,
bagaimana mencari tempat pengganti untuk
anak-anak TK AR-ROJA belajar di tahun ajaran baru.
Pertolongan Allah pun datang. Alhamdulillah, ada warga yang
bermaksud menjual sebuah rumah di pinggir jalan. Tempatnya tidak jauh dari SDN
Tanjungsari. Dua tahun TK menempati bangunan ini. Namun sayang, halamannya
sempit, tidak leluasa untuk anak-anak bermain. Sempat suami mendatangi pemilik
tanah di samping TK, tetapi pemilik tidak berkenan menjualnya.
Akhirnya
kami membeli sebidang tanah agak jauh
dari pingir jalan, letaknya sekitar 200 meter ke arah Selatan dari bangunan lama.
Membangun kelas, kantor, dan WC. Halamannya cukup luas. Malah ada
lapangan, bisa untuk bulu tangkis atau
futsal. Alat permainan terpasang di halaman bermain. Ada dua buah papan luncur,
terowongan berwarna-warni dari ban bekas bis berukuran besar, serta ayunan dari
besi yang beratap seng, dengan dua kursi berhadapan bisa dipakai untuk enam
anak.
Waktu itu lokasi TK masih terbuka, belum dipagar atau dibenteng.
Saat libur Hari Raya Idul Fitri, kami sekeluarga berlebaran di rumah orang
tuaku di Bandung. Lama ditinggal, sekitar dua mingguan, kondisi sekolah sungguh
membuat tercengang. Ayunan sudah hilang sebagian. Ada yang bilang dilepas dan
dijual ke tukang rongsok. Sejak itu, ayunan terus dimutilasi oleh pemulung hingga tinggal tiangnya yang tersisa.
Kami harus menabung lagi. Alhamdulillah Allah Maha Pemberi
rizki, aku mendapatkan tunjangan fungsional, dikumpulkan, dipakai untuk
membenteng sekolah dengan dua akses pintu gerbang.
Tahun 2011 aku lulus sertifikasi dan mendapatkan tunjangan, ini sangat membantu untuk biaya operasional sekolah. Ditambah lagi dengan aktifnya aku di Desa, membuka peluang mendapatkan bantuan alat permainan edukasi (APE) berupa jembatan rawayan dan panjatan pelangi. Selanjutnya, TK AR-ROJA pun mendapat Bantuan Operasional dari Pemerintah.
Alhamdulillah, TK AR-ROJA tetap bertahan meski kini sudah ada
beberapa Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini di sekitarnya. Ada dua Taman
Kanak-kanak lain dan satu Kelompok Bermain (Kober).
TK AR-ROJA dapat berpartisipasi dalam Program Sekolah Penggerak
jenjang PAUD di Kabupaten Garut.
Semoga TK AR-ROJA dapat terus memberikan sumbangsih dalam
Pendidikan Anak Usia Dini yang berkualitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar