Kamis, 16 Juni 2022
CITA-CITA (repost, sebuah catatan di akhir tahun ajaran 2013/2014)
“Susan, Susan, Susan, sudah besar mau jadi apa? Aku kepingin pinter biar jadi dokter.” Begitu sebagian syair lagu anak-anak yang dibawakan Ka Ria Enes bersama boneka Susan. Lagu tersebut menggambarkan bagaimana anak usia dini sudah mempunyai cita-cita.
Anak-anak usia 4-6 tahun, umumnya sudah bisa menyebutkan ingin menjadi apa ketika mereka besar kelak. Walaupun masih berubah-ubah, misal hari ini bilang cita-citanya ingin menjadi dokter besok bilang mau jadi polisi. Ketika melihat gurunya di sekolah, anak bilang ingin menjadi guru, dan saat yang berbeda anak bilang ingin menjadi presiden.
Dalam kurikulum PAUD yang bersifat tematik, ada tema “Pekerjaan”. Tema ini membahas berbagai macam pekerjaan/profesi. Anak-anak diajak untuk mengenal pekerjaan, mulai dari bercakap-cakap tentang pekerjaan orangtua mereka, pekerjaan yang mereka ketahui, sampai pekerjaan apa yang menjadi cita-cita mereka.
Cita-cita bisa menjadi motivasi belajar untuk anak. Ketika anak terlihat enggan belajar, lalu ditanyakan, “Kalau besar nanti mau jadi apa?” Misal anak menjawab mau jadi astronot. “Kalau mau jadi astronot, harus rajin belajar. Belajar yu...” Biasanya anak semangat lagi. Ada juga anak yang meminta penjelasan lebih jauh tentang hubungan belajar dengan cita-cita, maka sampaikan penjelasan dengan bahasa yang dipahami anak.
Pernah seorang anak yang enggan belajar menyebutkan cita-citanya ingin menjadi pemain bola. Ketika disampaikan bahwa pemain bola itu harus pandai supaya bisa mengerti strategi dan penjelasan dari pelatih, ia pun memahami dan kembali semangat belajar.
Ada seorang anak yang terlalu diplot oleh orangtuanya, ketika ditanya tentang apa cita-citanya. Dia menjawab, “Kumaha Mamah wé.” (Terserah maunya Mamah saja). Kalau seperti ini, maka anak akan kehilangan motivasi internal.
Tidak sedikit orangtua yang pernah punya cita-cita tetapi tidak kesampaian, akhirnya berambisi agar anaknya kelak bisa menjadi seseorang seperti apa dicita-citakannya dulu.
Sebagai orang tua atau pendidik, hendaknya tidak terlalu mengarahkan anak dalam memilih cita-cita. Biarkan saja anak bebas memilih cita-cita sesuai keinginannya. Tugas orang tua dan pendidik cukup memberi penjelasan tentang berbagai pekerjaan/profesi dan membantu mereka belajar untuk meraih cita-cita tersebut. Seiring perkembangan dan proses belajar, anak-anak pun akan memahami cita-cita apa yang ingin mereka raih.
Ilustrasi: Buku yang baru dibeli dan belum sempat dibaca
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar